Saturday, February 2, 2013
Penginderaan
Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek,
daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat
tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji.(Pelatihan Penginderaan Jauh Jakarta tahun
1999). Alat yang dimaksud adalah alat penginderaan atau sensor. Pada umumnya sensor dipasang pada wahana yang
berupa pesawat terbang, satelit, atau yang lainnya. Obyek yang diindera atau yang ingin diketahui
disini berupa obyek dipermukaan bumi.
Penginderaannya dilakukan dari jarak jauh sehingga disebut penginderaan
jauh.
A. Sumber Tenaga Untuk
Penginderaan Jauh.
Pengumpulan
data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan
sensor. Dengan melakukan analisis
terhadap data yang terkumpul ini dapat diperoleh informasi tentang obyek,
daerah, atau gejala yang dikaji oleh alat indera tersebut.
Karena
penginderaannya dilakukan dari jarak jauh, diperlukan tenaga elektromagnetik
yang terdiri dari berkas atau Gambar 1-1 menyajikan spektrum elektromagnetik
beserta nama bagian-bagiannya, panjang gelombang yang membatasinya, dan
bagian-bagian yang digunakan dalam penginderaan jauh.
C
Teknik Perolehan Data Penginderaan Jauh
Gambar 1- 3 : Pengambilan dan Analisis
DataPenginderaan Jauh
Gambar 1-4 : Stripping
Gambar 1-7 Absorbsi atmosfer
E.Interpretasi Citra Satelit
Gambar 1-1Spektrum Elektromagnetik dan Saluran yang digunakan dalam
penginderaan Jauh
Puncak
tenaga matahari yang berupa pantulan terletak pada panjang gelombang 0,5 mm, sedangkan puncak tenaga bumi yang
berupa pancaran terletak pada panjang gelombang 9,7 mm. Oleh karena itu penginderaan jauh
sistem fotografik menggunakan panjang gelombang sekitar 0,5 mm atau gelombang tampak dan
perluasannya. Penginderaan jauh sistem termal menggunakan panjang gelombang
sekitar 10 mm. Band
penginderaan jauh menggunakan spektrum ultraviolet hingga spektrum gelombang
mikro.
B. Interaksi
Energi Dengan Objek Dipermukaan
Tanpa
memperhatikan sumbernya, semua radiasi yang dideteksi dengan sistem
penginderaan jauh tentu melalui atmosfer dengan jarak atau panjang jalur
tertentu yang bervariasi panjangnya. Sensor termal dari udara mendeteksi tenaga
yang dipancarkan oleh obyek dibumi, dimana tenaga tersebut hanya melewati jarak
di atmosfer yang relatif pendek.
Pengaruh
atmosfer berbeda-beda sesuai dengan: perbedaan jarak yang dilalui, besarnya
sinyal yang diindera, kondisi atmosfer, dan panjang gelombang yang digunakan.
Atmosfer sangat besar pengaruhnya, antara lain terhadap intensitas dan
komposisi spektral radiasi yang tersedia bagi suatu sistem penginderaan.
Hamburan
ialah pantulan kearah serba beda yang disebabkan oleh benda yang permukaannya
kasar dan bentuknya tidak menentu, atau oleh benda-benda kecil yang menyebar
tak menentu. Interaksi antara tenaga elektromagnetik dengan atmosfer disajikan
secara skematik pada gambar 2.
Secara umum , proses
perolehan data penginderaan jauh melalui
wahana satelit diawali dengan adanya sistem sensor yang merekam energi
elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan oleh objek di permukaan bumi,
kemudian sensor tersebut meneruskan energi elektromagnetik yang diterimanya ke
dalam sinyal elektonik analog. Sinyal elektronik tersebut kemudian diubah
kedalam nilai digital yang kemudian dikirim ke stasiun penerima di bumi. Data
digital tersebut dapat disimpan dalam media penyimpanan berupa pita magnetik,
CD-Rom, floppy disk, atau media penyimpan lainnya.
2.Pengolahan Citra Digital
Data Penginderaan Jauh
Data penginderaan jauh yang
diperoleh dari penyiaman satelit terhadap permukaan bumi biasanya berbentuk
digital. Citra digital tersebut disimpan dalam bentuk dua dimensi yang
elemen-elemennya mewakili suatu daerah yang sangat kecil yang disebut pixels
(picture element) dan setiap pixel berhubungan secara ruang dengan suatu luas
pada permukaan bumi.
Agar data citra digital dapat
ditampilkan atau dimanfaatkan untuk keperluan interpretasi, maka data citra harus diolah dengan melalui berbagai teknik
pengolahan citra secara digital. Proses pengolahan citra untuk aplikasi
pemetaan dapat dikelompokan sebagai berikut :
A. Pemulihan Citra (Image
Restoration)
Proses ini merupakan tahap awal
untuk memulihan data citra yang
mengalami distorsi dan degradasi pada saat proses perolehan data (akuisisi
data) sehingga citra yang diperoleh merupakan gambaran yang lebih sesuai dengan
kondisi aslinya. Oleh karena itu,
sebelum data citra dianalisis, terlebih dahulu harus melalui proses pemulihan
citra melalui pemberian koreksi geometrik.
B.Koreksi Radiometrik
Koreksi radiometrik dilakukan untuk
mengurangi gangguan radiometrik yang terjadi akibat perbedaan iluminasi
matahari , interaksi gelombang elektromagnetik dengan atmosfer, geometrik sudut
pandang, dan karakteristik instrumen perolehan (akuisisi) data. Beberapa
kesalahan radiometrik yang sering terjadi saat perekam data adalah sebagai
berikut:
1) Kesalahan Detektor
Pada sistem sensor satelit
Landsat TM digunakan 16 detektor yang merekam secara serentak kecuali pada saluran termal yang hanya
menggunakan 6 detektor. Apabila terjadi kegagalan pada salah satu detektor
tersebut maka pada setiap piksel kolom ke n akan dicatat sebagai data 0, yang
disebut sebagai kesalahan line drop out.
Apabila posisi piksel yang gagal tersebut diketahui maka dapat dilakukan
koreksi dengan interpolasi linier antara dua piksel tetangganya.
Apabila kegagalan detektor tidak
terjadi secara total atau kesalahan
hanya terjadi pada kalibrasinya, sehingga salah satu detektor mencatat
kecerahan piksel dua kali lebih banyak dibanding kecerahan yang dicatat oleh
detektor yang lain dalam band yang sama, maka kesalahan yang terjadi disebut in-line striping .Kesalahan seperti ini
dapat diketahui dengan menghitung histogram data citra pada masing-masing band
untuk daerah yang relatif homogen. Apabila didapatkan histogram dengan nilai
mean atau median yang berbeda mencolok dengan hitogram yang lain, maka
dimungkinkan terjadi kesalahan ini.Kesalahan lain yang mungkin dapat terjadi
adalah kegagalan detektor melakukan
akuisisi pada saat pertama scanning yang disebut kesalahan line-start.
Gambar 1-4 : Stripping
2) Kesalahan akibat pengaruh
atmosfer
Radiasi matahari akan dapat
ditangkap secara sempurna oleh detektor apabila dilewatkan pada ruang hampa.
Karena pengaruh atmosfer bumi maka radiasi matahari akan dipantulkan atau
dihamburkan. Pada panjang gelombang hijau akan dihamburkan empat kali lebih
banyak dari pada panjang gelombang inframerah. Sedangkan akibat uap air dan gas
lain yang terkandung dalam atmosfer akan banyak menyerap energi dalam panjang
gelombang lebih dari 0,8 mm. Akibat penghamburan oleh
atmosfer akan menambah kecerahan citra, sedangkan akibat absorsi akan
mengurangi kecerahan citra.
Gambar 1-7 Absorbsi atmosfer
3) Kesalahan akibat pengaruh
datang sinar matahari
Akusisi data untuk daerah
Indonesia terjadi pada sekitar jam 09.00 sampai dengan jam 10.00 (pagi hari).
Saat ini kedudukan matahari cenderung disebelah timur. Hal ini akan
mengakibatkan bayangan (gelap) akan banyak terjadi pada sisi (lereng sebelah
barat, sedangkan pada sisi sebelah timur akan cenderung mempunyai intensitas
yang lebih tinggi).
Pengaruh sudut datang
matahari akan mengakibatkan terdeteksi ciri-ciri tepi semu, yaitu perubahan
derajat keabuan yang relatif tajam suatu obyek. Selain itu pengaruh sudut
datang matahari juga akan mengakibatkan tepi akan terdeteksi lebih dominan pada
arah-arah tertentu (Utara – Selatan).
Untuk mengurangi gangguan
tersebut pada saat dilakukan proses pengolahan citra secara digital dilakukan
proses proses filtering terhadap data citra .
Gambar 1-8: Sinar datang matahari
Gambar 1-9: Filtering
C.Koreksi Geometrik
Koreksi Geometrik dilakukan
untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi akibat keterbatasan alat penyiaman, wahana,
dan sifat alamiah bumi.
Beberapa kesalahan geometri
yang sering timbul pada saat perekaman data adalah:
a.
Kesalahan
akibat kelengkungan bumi sehingga sudut akuisisi tidak tepat tegak lurus dengan
tanah.
b. Kesalahan
akibat rotasi bumi yang dapat menimbulkan pergeseran dan pertambahan panjang
daerah yang direkam oleh sensor.
c. Kesalahan
akibat kecepatan sistem sensor yang tidak benar-benar linier
d. Kesalahan
akibat ketinggian sistem sensor tidak konstan
Kesalahan
- kesalahan diatas akan mengakibatkan
terjadinya pergeseran pusat citra, perubahan ukuran citra, dan perubahan
orientasi koordinat citra yang sering disebut sebagai skewed.
D.Peningkatan
Mutu Citra
Peningkatan
mutu citra adalah salah satu proses pengolahan citra digital yang
ditujukan untuk mengubah nilai digital
setiap elemen gambar baik secara tunggal maupun kelompok, sehingga gambaran
yang diinginkan menjadi lebih jelas dan sebaliknya yang tidak diinginkan dapat
dihilangkan atau dikurangi. Peningkatan mutu citra dapat dilakukan mengingat
keterbatasan penglihatan manusia untuk mendeteksi perbedaan intensitas citra
yang relatif kecil atau tekstur citra yang serupa.
Interpretasi
citra merupakan proses pengenalan objek dan elemen yang tergambar pada citra
serta penggambarannya kedalam suatu peta tematik. Interpretasai citra dapat
dilaksanakan secara visual maupun dijital. Interpretasi citra terdiri dari dua
kegiatan utama yaitu : penyadapan data dari citra dan penggunaan data tersebut
untuk tujuan tertentu.
1) Interpretasi
Secara Visual
Pengenalan objek merupakan hal utama dalam
interpretasi. Prinsip pengenalan objek berdasarkan atas karakteristik pada
unsur interpretasi. Unsur-unsur
interpretasi tersebut terdiri dari sembilan butir, yaitu : rona dan warna,
ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi bayangan, situs, dan asosiasi. Identifikasi
suatu obyek secara visual diawali dengan
pengenalan batas pada semua elemen kunci interpretasi. Tahap berikutnya di
analisis dan akhirnya interpreter menggunakan semua penggetahuan dan pengalaman
tematiknya, untuk interpretasi kajiannya.
Unsur-unsur kunci dala
Interpretasi visual diantaranya adalah :
Tone,Shape, Size, Pattern,Textur, Shadow, Association
2) Interpretasi Secara Digital
Citra sistem satelit
umumnya berbentuk citra optik atau citra analog. Pengolahan data secara visual
memerlukan waktu relatif cukup lama dan informasi yang dapat digali dari data
yang tersedia sangat dibatasi oleh kemampuan mata dan daya ingat manusia dalam
menafsir data. Dengan kemajuan teknologi dalam perekaman data citra dapat
tersedia dalam bentuk citra dijital, selain itu telah pula dapat dilakukan
proses konversi dari data citra optik atau analog ke bentuk data citra digital.
F.Klasifikasi Citra
Pengklasifikasian
citra merupakan salah satu bagian penting pada analisis citra digital. Tujuan dari proses klasifikasi citra adalah
untuk mengidentifikasi dan kemudian mengkelompokan pola ciri citra dalam satu
atau sejumlah kelas atau kategori objek.
G.Klasifikasi Terawasi
Pada
jenis klasifikasi terawasi, identitas dan lokasi dari setiap ciri kelas atau
bentuk penutup lahan (air, daerah pemukiman, tanah kering, dll) telah diketahui
terlebih dahulu., baik melalui
peninjauan lapangan, analisis foto udara , atau dengan cara lainnya.
Proses
klasifikasi dimulai dengan mempelajari citra yang akan diklasifikasikan dan
membandingkannya dengan informasi referensi penunjang yang tersedia.
Berdasarkan referensi penunjang kemudian dibentuk suatu set sempel yang
elemennya terdiri dari piksel-piksel yang mewakili setiap kategori obyek yang
telah diidentifikasi, biasanya dipilih piksel-piksel dengan variasi besar
sehingga dapat mencerminkan karakter kelompok obyek bersangkutan, setelah
seluruh data dapat dikelompokkan, hasil keluarannya disajikan dalam bentuk
peta.
F. Klasifikasi Tak Terawasi
Klasifikasi tak
terawasi adalah salah satu metoda yang digunakan untuk mengubah data citra
multispektral menjadi kelas-kelas informasi tematik yaitu untuk
mengidentifikasi dan menginterpretasikan suatu daerah penelitian. Dalam
prosesnya, jenis klasifikasi tersebut tidak menggunakan suatu referensi
penunjang apapun. Hal ini berarti bahwa proses tersebut hanya dilakukan berdasarkan
tingkat keabuan setiap piksel pada citra. Pengelompokan piksel menjadi beberapa
kategori obyek yang disebut sebagai cluster dilakukan melalui proses
clustering. Pada proses tersebut data dikelompokkan menjadi sejumlah cluster
.
0 komentar:
Post a Comment