Metoda Schreiber, ditujukan untuk
pengukuran sudut dengan banyak arah/jurusan target > 2, dengan pengukuran
tidak sepenuh lingkaran.Seluruh titik target, diberi
bobot jurusan yang sama, sehingga titik tersebut harus pada tingkat ketelitian
(orde) yang sama pula.
Pengukuran sudut dengan
ketelitian tinggi, bertujuan untuk mendapat posisi titik target dengan
ketelitian dan akuraasi tinggi.
Dalam meningkatkan ketelitian
pengukuran sudut, digunakan metoda-metoda tertentu yang dapat mengurangi
pengaruh kesalahan :
Ø
Sistematik alat
Ø
Kesalahan orang (pengukur) = human error.
Ø
Perubahan keadaan alam, terutama atmosfit.
Dalam pengadaan kerangka dasar
teliti, di mana akurasi dan ketelitian setiap titik tersebut menjadi acauan
bagi seluruh titik sekelilingnya, maka dalam pengukuran titik kerangka
tersebut, diperlukan ketelitian tinggi.
Setiap pengadaan kerangka dasar
pemetaan, secara teoritis, harus direncanakan :
Ø
Sebaran titik kerangka
Ø
Bentuk geometrik kerangka (jaring)
Ø
Metoda pengukuran yang akan diterapkan
Ø
Metoda hitung perataan (adjustment) yang akan
diterapkan,
Ø
Dll.
Seperti telah diketahui, bahwa
hitung perataan yang banyak diterapkan, pada dasarnya adalah metoda bersyarat dan parameter. Kedua metoda ini,
memiliki syarat yang berbeda, yang dapat mempengaruhi pengukuran dan metoda
pengukuran. Hal ini, sangat besar pengaruhnya pada pengukuran sudut.
Pengukuran jarak kerangka
dasar, sudah tidak terlalu menjadi
problem akibat kemajuan teknologi. Tetap
harus dijadikan perhatian dalam hitung perataan adalah “kesetaraan” ukuran jarak
dan sudut. Pensetaraan tersebut,
dinyatakan dalam perencanaan jaring kerangka.
Menjadi perhatian utama setiap
metoda pengukuran sudut teliti, adalah kesalahan “pembagian skala” yang mungkin tidak tetap dan penyusutan gerak
mekanik yang tidak sama/seragam. Untuk
itu, digunakan metoda banyak seri-ganda.
Metoda Schreiber, merupakan
metoda pengukuran sudut teliti dengan tujuan membuat bobot jurusan ke target yang sama. Oleh karena itu, banyak jurusan/target, akan
menentukan banyaknya sudut yang diukur.
Dasar utama metoda Schreiber
adalah :
di mana :
J
= banyak arah/jurusan bidikan
S
= banyak seri pengamatan
Nilai S
dihitung dari pendekatan di atas.
Contoh
: untuk 4 arah bidikan (J =
4), maka :
pengukuran harus dilakukan dengan 6 seri pengamatan (S = 6).
Sudut yang diukur (obyek) :
Gambar sudut ukuran metoda schreiber
Setting Bacaan Awal
Bacaan sudut dengan target titik
tertentu, merupakan masalah yang cukup
unik dalam metoda ini. Untuk itu,
sebelum dilakukan suatu pengukuran, harus terlebih dahulu dibuat “program”
pengukuran berupa bacaan sudut untuk setiap awal pengukuran sudut.
Bentuk dan pembuatan program ini,
dapat dilihat pada Appendix
Perataan Stasion
Data hasil pengukuran, tidak
dapat langsung digunakan untuk hitungan berikutnya. Terdapat tahapan awal hitungan
(pra-pengolahan) yang bertujuan untuk menyatakan data terbaik dari ukuran
tersebut, melalui perataan.
Mengingat hitung perataan
tersebut hanya berlaku di satu titik pengamatan, maka dikenal dengan perataan
stasion.
1. Pengukuran
Sudut :
A.
Sudut Pertama :
1.
Pasang target pada titik-titik target
2.
Pasang theodolit dan atur untuk siap pakai
3.
Siapkan “pendukung’ pengukuran (seperti
penempatan payung, tabel bacaan awal, dsb.)
4.
Bidik titik target pertama (titik A pada Gambar 4-1).
5.
Set bacaan sudut horizontal awal (sesuai
program) . Awal pengukuran = 0o
00’ 00”. (Cara setting, lihat Appendix)
6.
Putarkan searah jarum jam ke arah titik kedua
(titik B).
( putaran theodolit, baik
horizontal atau vertikal selalu searah,
untuk mengurangi kesalahan susutnya
gigi mekanik ).
7.
Baca skala sudut horizontal, dengan pendekatan
koinsidensi dari 2 arah, sebagai nonius I dan II.
(lihat Appendix)
8.
Hitung bacaan sudut rata-rata (dari nonius I dan
II)
9.
Putarkan teropong dan alat ke keadaan teropong
LB
10.
Bidik kembali titik B
11.
Baca skala sudut dengan nonius I dan II
12.
Putar theodolit searah jarum jam dan bidik titik
A
13.
Baca skala sudut dengan nonius I dan II
14.
Check hasil ukuran sudut B & LB
Bila perbedaan sudut ≥
toleransi, ulangi langkah 6 s/d 13.
15.
Periksa kembali bidikan titik A.
16.
Set bacaan dengan bacaan awal seri-ganda 2 (dengan
beda I )
17.
Ukur sudut yang sama (langkah 6 s/d 14)
18.
Lakukan berulang, sehingga semua seri-ganda selesai.
B. Sudut Kedua :
19.
Lakukan langkah 4, 5 . Set bacaan sudut pada
i (sesuai progam)
20.
Bidik target ke tiga (titik C)
21.
Ukur sudut kedua sebanyak seri-ganda yang
dimaksud
C. Sudut Ketiga dan seterusnya (bidikan
awal tetap) :
22.
Lakukan pengukuran semua sudut dengan bidikan
titik A sampai selesai
D. Sudut Pertama (bidikan awal titik kedua) :
23.
Lakukan pengukuran sudut dengan cara yang sama
dengan di atas, dengan bidikan awal titik kedua. Besar setting bacaan awal (berbeda dengan pertama dan sesuaikan dengan
program pengukuran).
24. Lakukan dengan langkah serupa sampai seluruh sudut terukur